TRIVIA 109 | ACUTE MOUNTAIN SICKNESS

by | Nov 23, 2019 | 0 comments

ACUTE MOUNTAIN SICKNESS

 

Apakah Anda termasuk ke dalam salah satu dari penggemar mendaki gunung? Apakah Anda pernah merasakan sesak napas, mual, sakit kepala, dan rasa sakit lainnya ketika sudah mencapai puncak ketinggian 2.500 – 3.000? Keluhan-keluhan tersebut biasanya disebut dengan AMS atau Acute Mountain Sickness. Apakah yang dimaksud dengan AMS? Temukan jawabannya pada artikel di bawah ini……..

 

 

Acute Mountain Sickness atau biasa yang disingkat AMS adalah penyakit ketinggian yang dapat terjadi pada beberapa orang yang berada pada ketinggian minimal 2.500 meter. Namun, 75% orang mulai merasakan keluhan ini pada ketinggian 3000 meter. Keluhan-keluhan ini muncul tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, seperti usia, jenis kelamin, atau kondisi fisik, sehingga sulit untuk menentukan siapa saja yang mungkin terkena penyakit ketinggian ini. Penyakit ketinggian ini sering terjadi pada pendaki yang berlari untuk mendaki gunung atau melakukan pendakian cepat.

Acute Mountain Sickness ini terjadi tergantung pada ketinggian (elevasi), laju pendakian, dan kerentanan individu. Gejala ini biasa muncul 12 jam sampai 24 jam setelah kita mencapai di ketinggian. Gejala ini akan menurun setelah tubuh kita mampu beradaptasi kembali yang biasanya memakan waktu 2 sampai 4 hari.

Terdapat 3 klasifikasi dari Acute Mountain Sickness, antara lain :

  1. AMS Ringan

AMS Ringan memiliki gejala seperti sakit kepala, mual, puing, kehilangan nafsu makan, kelelahan, sesak napas, gangguan tidur, dan perasaan kurang enak badan (malaise) pada umumnya. Gelaja tersebut akan memburuk pada malam hari karena menurunnya irama pernapasan serta kadar oksigen. AMS ringan umumnya tidak terlalu mengganggu aktivitas sehingga masih bisa untuk melanjutkan pendakian lebih lanjut.

  1. AMS Sedang

AMS Sedang memiliki gejala seperti sakit kepala yang parah yang tidak berkurang dengan obat-obatan, mual, muntah, kelelahan, sesak napas, serta penurunan sistem koordinasi (ataksia). Orang yang mengalami AMS sedang sulit untuk melakukan aktivitas normal namun masih bisa untuk berjalan sendiri.

  1. AMS Berat

AMS berat memiliki gejala seperti sesak napas saat beristirahat, ketidakmampuan untuk berjalan, penurunan status mental, hingga dapat mengalami perembesan cairan pada paru-paru. AMS berat ini menyebabkan pendaki harus segera turun ke tempat dengan ketinggian lebih rendah sebelum pendaki tersebut tidak dapat berjalan.

Gejala yang timbul akibat AMS harus segera ditangani. AMS dapat ditangani dengan terapi medikamentosa atau pengobatan terhadap penyakit yang timbul, serta orang tersebut harus turun ke tempat yang memiliki ketinggian lebih rendah ± 300 meter dari ketinggian sebelumnya. Gejala-gejala tersebut dapat mengalami perbaikan yang signifikan dalam waktu 24 jam. Setelah semua gejala tersebut hilang, orang tersebut dapat melanjutkan pendakian. AMS juga dapat ditangani dengan memberikan oksigen tambahan melalui hidung dengan menggunakan hyperbaric bag dengan kecepatan 4 liter/ menit, beristirahat sejenak, serta memberikan obat pereda nyeri kepala, dan pemenuhan kebutuhan cairan tubuh.

Setiap orang yang mendaki gunung belum tentu akan mengalami gejala AMS. Acute mountain sickness ini dapat dicegah dengan beberapa cara, yaitu :

  1. Melakukan pendakian secara bertahap
  2. Perbedaan jarak tempuh pendakian tidak lebih dari 400 meter per malam
  3. Minum air yang banyak sekitar 4-6 liter sehari (Hindari konsumsi alkohol)
  4. Makan makanan yang berkalori tinggi
  5. Meminum obat sebelum melakukan pendakian (hanya untuk orang yang memiliki riwayat penyakit gunung)

 

Demikian beberapa hal yang berkaitan dengan Acute mountain sickness. Semoga dapat bermanfaat bagi sobat Trivia yang gemar mendaki gunung ya! Sampai jumpa di trivia selanjutnya….!

 

SUMBER :

  1. Palguna, M. (n.d.). BAB II. [online] Scribd. Available at: https://www.scribd.com/doc/137047666/BAB-II [Accessed 3 Aug. 2018].
  2. Jin, J. (2017). Acute Mountain Sickness. JAMA, [online] 318(18), p.1840. Available at: https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2662892 [Accessed 3 Aug. 2018].